Tidak jarang kita sering atau ada kecenderungan suka berprasangka buruk atau berpikiran negatif terhadap pihak lain. Oleh karena itu, melalui tulisan ini saya mau belajar berbaik sangka atau berpikiran positif kepada pihak lain. Saya tidak bermaksud menggurui pembaca sekalian, tetapi renungan saya ini mudah-mudahan juga ada manfaatnya kepada pembaca sekalian.
Berbaik sangka atau berpikiran positif kepada pihak lain sebenarnya tidak sulit dan juga tidak perlu biaya mahal. Yang penting ada kemauan dari kita untuk memulainya. Di samping itu kita juga harus sadar bahwa dengan membiasakan diri berprasangka baik atau berpikiran positif membuat jiwa menjadi lebih tenang, dan hidup pun akan terasa damai.
Sebaliknya bila kita berprasangka buruk atau berpikiran negatif kepada pihak lain, hati kita menjadi tidak
tenang dan selalu diliputi rasa was-was untuk menjaga citra diri kita sendiri. Di samping itu, ilmu dan rejeki pun dari pihak lain akan sulit kita dapatkan. Jadi singkatnya apabila kita berprasangka buruk atau berpikiran negatif kepada pihak lain, kebiasaan ini tidak ada manfaatnya dan justru banyak kerugiannya bagi diri kita sendiri.
Nah sekarang mari dengan keterbatasan ilmu yang saya miliki, mari kita sama-sama belajar berbaik sangka.
1. Manakala kita melihat anak kecil yang belum baligh. Coba kita berbaik sangka tentang anak kecil itu bahwa anak itu masih suci dan belum banyak melakukan dosa. Sementara diri kita sudah sangat sering melakukan dosa dan masih saja terus suka berbuat dosa.
2. Manakala kita melihat anak remaja yang sudah baligh. Coba kita berbaik sangka bahwa meski anak remaja itu telah melakukan perbuatan dosa, tetapi tentu saja dosanya lebih banyak dosa saya yang sudah lebih tua ini.
3. Manakala kita melihat orang seusia kita. Coba kita berbaik sangka bahwa orang itu pasti ilmunya lebih tinggi dari saya dan ibadahnya pun juga lebih banyak daripada ibadah saya.
4. Manakala kita melihat orang yang lebih tua dari kita. Coba kita berbaik sangka bahwa orang tersebut karena usianya lebih tua dari saya, pasti ilmu dan ibadahnya lebih banyak dan lebih baik daripada saya.
5. Manakala kita melihat orang yang masih kafir, kita pun bisa berbaik sangka bahwa mungkin saat ini dia memang masih kafir tetapi siapa tahu Allah SWT memberikan hidayah-Nya sehingga di akhir hayatnya dia masuk Islam dan mampu mengucapkan kalimat La Illaha Illallah. Sedangkan kita, mungkinkah di akhir hayat kita masih tetap istiqomah dalam keimanan Islam kita dan mampu mengucapkan kalimat La Illaha Ilallah? Wallahu a'lam.
Dengan sikap selalu berbaik sangka ini saya berharap bahwa kita akan membuka diri terhadap setiap masukan atau pembelajaran ilmu yang bermanfaat dari siapa pun datangnya. Kita tidak usah pandang bulu siapa penyampainya, tetapi hendaknya kita melihat apa isi yang disampaikan. Niscaya dengan demikian insya Allah keimanan kita pun akan diperbaiki Allah SWT. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan taufiq-Nya kepada kita semua sehingga kita mudah mengamalkan ajaran Rasulullah SAW hingga akhir hayat kita. Amin ya Robal 'alamin.
Berbaik sangka atau berpikiran positif kepada pihak lain sebenarnya tidak sulit dan juga tidak perlu biaya mahal. Yang penting ada kemauan dari kita untuk memulainya. Di samping itu kita juga harus sadar bahwa dengan membiasakan diri berprasangka baik atau berpikiran positif membuat jiwa menjadi lebih tenang, dan hidup pun akan terasa damai.
Sebaliknya bila kita berprasangka buruk atau berpikiran negatif kepada pihak lain, hati kita menjadi tidak
tenang dan selalu diliputi rasa was-was untuk menjaga citra diri kita sendiri. Di samping itu, ilmu dan rejeki pun dari pihak lain akan sulit kita dapatkan. Jadi singkatnya apabila kita berprasangka buruk atau berpikiran negatif kepada pihak lain, kebiasaan ini tidak ada manfaatnya dan justru banyak kerugiannya bagi diri kita sendiri.
Nah sekarang mari dengan keterbatasan ilmu yang saya miliki, mari kita sama-sama belajar berbaik sangka.
1. Manakala kita melihat anak kecil yang belum baligh. Coba kita berbaik sangka tentang anak kecil itu bahwa anak itu masih suci dan belum banyak melakukan dosa. Sementara diri kita sudah sangat sering melakukan dosa dan masih saja terus suka berbuat dosa.
2. Manakala kita melihat anak remaja yang sudah baligh. Coba kita berbaik sangka bahwa meski anak remaja itu telah melakukan perbuatan dosa, tetapi tentu saja dosanya lebih banyak dosa saya yang sudah lebih tua ini.
3. Manakala kita melihat orang seusia kita. Coba kita berbaik sangka bahwa orang itu pasti ilmunya lebih tinggi dari saya dan ibadahnya pun juga lebih banyak daripada ibadah saya.
4. Manakala kita melihat orang yang lebih tua dari kita. Coba kita berbaik sangka bahwa orang tersebut karena usianya lebih tua dari saya, pasti ilmu dan ibadahnya lebih banyak dan lebih baik daripada saya.
5. Manakala kita melihat orang yang masih kafir, kita pun bisa berbaik sangka bahwa mungkin saat ini dia memang masih kafir tetapi siapa tahu Allah SWT memberikan hidayah-Nya sehingga di akhir hayatnya dia masuk Islam dan mampu mengucapkan kalimat La Illaha Illallah. Sedangkan kita, mungkinkah di akhir hayat kita masih tetap istiqomah dalam keimanan Islam kita dan mampu mengucapkan kalimat La Illaha Ilallah? Wallahu a'lam.
Dengan sikap selalu berbaik sangka ini saya berharap bahwa kita akan membuka diri terhadap setiap masukan atau pembelajaran ilmu yang bermanfaat dari siapa pun datangnya. Kita tidak usah pandang bulu siapa penyampainya, tetapi hendaknya kita melihat apa isi yang disampaikan. Niscaya dengan demikian insya Allah keimanan kita pun akan diperbaiki Allah SWT. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan taufiq-Nya kepada kita semua sehingga kita mudah mengamalkan ajaran Rasulullah SAW hingga akhir hayat kita. Amin ya Robal 'alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar