shalat sempurna, shalat nabi, sholat nabi, shalat berjamaah, sholat berjamaah, shalat khusyu, sholat khusyu, tentang shalat, tentang sholat, bacaan shalat, bacaan sholat lazada

Rabu, 30 Maret 2011

Sebuah Pelajaran dari Kejadian Nyata

Astagfirullahal 'adzim, saya mohon ampunan kepada Allah SWT. Bukannya saya bermaksud membuka aib orang lain atau mau membicarakan kekhilafannya, tetapi saya tulis kisah nyata ini agar menjadi pelajaran dan peringatan bagi diri saya pribadi dan semoga bermanfaat juga bagi para pembaca semuanya. Amin.

Lama sekali barang kali sudah ada 1 tahun atau lebih, saudara saya ini tidak pernah datang bersilaturahmi ke rumah kami. Pun juga saya karena kami memang memiliki kesibukan masing-masing. Akan tetapi saudara saya itu karena lebih muda dari saya biasanya paling tidak setiap hari Raya Idul Fitri biasanya bersilaturahmi ke rumah kami. Tidak demikian halnya pada hari Raya Idul Fitri tahun kemarin.

Pada sekitar minggu pertama bulan ini, saudara saya tersebut datang ke rumah kami beserta anak-anak dan istrinya. Yah kami sangat senang bisa saling bersilaturahmi dan ngobrol kesana kemari. Saya perhatikan saudara saya tersebut penampilannya sudah sangat lumayan. Terlihat kalau kehidupan keluarganya cukup bahagia dan berkecukupan, meski belum bisa dikatakan mewah. Yah kami sebagai saudara pun ikut bangga dan senang melihatnya.


Jumat, 25 Maret 2011

Perlunya Re-Definisi Pengertian Nafkah Bathin

Sesuai dengan unsur pembentuk manusia yaitu terdiri dari unsur lahir dan bathin, maka nafkahnya pun terdiri dari unsur nafkah lahir dan nafkah bathin.

Nafkah lahir tentu sudah kita pahami semua yaitu nafkah untuk memenuhi kebutuhan lahiriah, seperti pangan, pakaian dan papan. Kebutuhan dasar tersebut sering disebut juga dengan kebutuhan primer. Di samping itu masih ada kebutuhan sekunder yang sifatnya sebagai pelengkap setelah terpenuhinya kebutuhan primer.

Kemudian kata "nafkah bathin"  sering kita dengar manakala ada tuntutan dari salah satu pasangan suami istri yang hendak bercerai. Alasan yang sering diungkapkan dari salah satu pihak adalah  tidak terpenuhinya "kebutuhan nafkah bathin". Tentu kita sudah sangat paham dengan pengertian tidak terpenuhinya kebutuhan nafkah bathin yang selama ini umum digunakan dalam masyarakat kita. Imajinasi kita lalu tertuju kepada pengertian tidak terpenuhinya "kebutuhan biologis" dari salah satu pihak pasangan suami istri tersebut.

Sabtu, 12 Maret 2011

Teguran Allah Lewat Bencana Alam

Hari Jum'at 11 Maret 2011 sepulang dari kerja pk. 17.30 wib saya sempat melihat berita di TV bahwa telah terjadi Tsunami di Jepang. Masyaallah sungguh sangat dahsyat. Akibat gempa yang menurut berita di TV itu berkekuatan 8,9 SR membuat air laut meluap dan melarutkan segala yang ada di daratan.

Mobil, kapal dan rumah larut dibawa air bagaikan sebuah mainan anak yang digelontor dengan seember air. Ironinya negeri Jepang yang kita tahu sangat canggih teknologinya termasuk dalam hal menangani bencana alam dan tsunami, tetapi tetap saja tidak berdaya ketika menghadapi luapan air laut dengan ketinggian 4 - 10 meter yang datang secara tiba-tiba. Tetap saja ada jatuh korban jiwa serta harta benda.

Lalu apa maknanya semua itu bagi kita orang yang beriman? Tentu hal itu bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita bahwa betapa tidak berdayanya manusia di hadapan kehendak Allah SWT. Secanggih apa  pun teknologi dan sekuat apa pun bangunan yang dibuat oleh manusia, tetap saja tidak berdaya ketika menghadapi kuasa Allah yang Maha Kuat. Lalu, apakah pantas kita menyombongkan diri merasa kuat, merasa besar, merasa kuasa dan sebagainya?

Itulah sekelumit tanda-tanda kekuasaan Allah SWT atas umatnya di muka bumi ini. Hal itu Allah berikan agar kita manusia mau mawas diri untuk kembali ke jalan Allah SWT, kembali mengintrospeksi diri dan tidak sombong di hadapan Allah SWT. Semoga kita semua diberi kekuatan lahir dan bathin oleh Allah SWT untuk selalu istiqomah menjalankan syariat-Nya agar tidak termasuk golongan orang-orang yang lalai dan sombong di muka bumi Allah SWT ini. Amin

Selasa, 08 Maret 2011

Meningkatkan Rasa Syukur

Di dalam Al Qur'an telah jelas ada ayat yang menerangkan bahwa "apabila kita bersyukur maka akan semakin bertambah nikmat Allah SWT, tetapi apabila kita tidak pandai bersyukur maka sungguh adzab Allah SWT sangat pedih".

Sadar atau tidak sadar, sungguh sangat banyak nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada kita. Hanya saja kita sering lupa bahwa setiap saat nikmat Allah SWT tidak pernah putus. Suatu misal udara yang kita hirup. Setiap saat kita bisa menghirupnya dengan gratis. Berapa nilai udara yang kita hirup setiap saat ini? Bandingkanlah dengan udara dari tabung oksigen di rumah sakit, berapa harga udara 1 tabung oksigen tersebut?

Itu baru satu contoh udara. Belum lagi nilai kesehatan tubuh, nilai kesehatan rohani, dan nikmat-nikmat yang lain. Sungguh kita tidak akan mampu menghitungnya. Subhanallah.

Allah SWT tidak pernah menuntut bayaran atas nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita. Semuanya gratis. Allah SWT hanya menuntut kita untuk pandai bersyukur dan beribadah kepada-Nya. Tuntutan itupun sebenarnya demi keselamatan dan kebahagiaan hidup kita di dunia dan di akhirat kelak. Bukan semata untuk Allah SWT. Allah SWT tetap yang paling Agung, paling Kaya dan paling segala-galanya. Keagungan Allah SWT tidak akan pernah berkurang sedikitpun seandainya seluruh makhluk di langit dan di bumi ini tidak mau beribadah kepada-Nya.

Lalu bagaimana agar rasa syukur kita bertambah? Sebagaimana nasihat para ulama hendaknya kita:

1. Dalam hal urusan dunia, hendaknya kita melihat orang yang berada di bawah kita.
Kalau saat ini kita belum memiliki kendaraan, kemanapun pergi selalu jalan kaki, hendaknya kita bersyukur masih memiliki kaki untuk berjalan. Lihatlah ada sebagian orang yang tidak bisa berjalan karena berbagai sebab.
Kalau saat ini kita baru memiliki sepeda onthel, bersyukurlah karena masih banyak orang yang tidak memiliki sepeda onthel. Begitu seterusnya, kita selalu melihat ke bawah sebagai bahan pembanding kita.

2. Dalam hal urusan akhirat, hendaknya kita melihat orang yang nilai ibadahnya di atas kita.
Jangan pernah merasa bahwa ibadah kita telah sempurna atau bahkan merasa yang paling sempurna. Tuntutlah ilmu akhirat, jangan pandang yang menyampaikan tetapi lihatlah apa isi yang disampaikannya. Nah dengan demikian akan tumbuh semangat dalam diri kita untuk selalu berusaha memperbaiki nilai ibadah kita kepada Allah SWT.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi diri saya pribadi dan para pembaca sekalian. Amin
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...