Sesuai dengan unsur pembentuk manusia yaitu terdiri dari unsur lahir dan bathin, maka nafkahnya pun terdiri dari unsur nafkah lahir dan nafkah bathin.
Nafkah lahir tentu sudah kita pahami semua yaitu nafkah untuk memenuhi kebutuhan lahiriah, seperti pangan, pakaian dan papan. Kebutuhan dasar tersebut sering disebut juga dengan kebutuhan primer. Di samping itu masih ada kebutuhan sekunder yang sifatnya sebagai pelengkap setelah terpenuhinya kebutuhan primer.
Kemudian kata "nafkah bathin" sering kita dengar manakala ada tuntutan dari salah satu pasangan suami istri yang hendak bercerai. Alasan yang sering diungkapkan dari salah satu pihak adalah tidak terpenuhinya "kebutuhan nafkah bathin". Tentu kita sudah sangat paham dengan pengertian tidak terpenuhinya kebutuhan nafkah bathin yang selama ini umum digunakan dalam masyarakat kita. Imajinasi kita lalu tertuju kepada pengertian tidak terpenuhinya "kebutuhan biologis" dari salah satu pihak pasangan suami istri tersebut.
Nah saya jadi bingung, di salah satu pengertian disebutkan "nafkah bathin" tetapi di lain pihak dikatakan "kebutuhan biologis". Lalu mana yang benar? Padahal yang dimaksudkan adalah adanya kesamaan arti antara pengertian nafkah bathin dan kebutuhan biologis. Dari rancunya pengertian ini, saya cenderung mengatakan dua pengertian itu, yaitu nafkah bathin tentu TIDAK SAMA dengan kebutuhan biologis. Silakan direnungkan.
Nafkah bathin sering terabaikan oleh kita karena kesibukan kita memenuhi nafkah lahir. Suatu misal berapa waktu yang terluang bagi diri kita dan keluarga kita untuk memenuhi kebutuhan nafkah bathin ini? Datang waktunya sholat, tidak bersegera menunaikannya. Padahal kita tahu sholat adalah salah satu kebutuhan bathin kita. Sholat kita tunda karena kesibukan mengejar kebutuhan lahir. Bersilaturahmi, mendengarkan taklim atau ceramah agama, membaca Al Qur'an adalah contoh-contoh kebutuhan bathin yang sering kita abaikan.
Jelaslah sudah sekarang bahwa ternyata pengertian nafkah bathin yang selama ini kita kenal cuma pengertian yang sangat dangkal dan mengacu pada pemenuhan kebutuhan sesaat dan sering diwarnai nafsu duniawi. Jadi pada intinya kebutuhan lahir hanya bisa mendatangkan rasa senang, sedangkan kebutuhan bathin bisa mendatangkan rasa bahagia. Mengenai hal ini silakan baca tulisan saya di link berikut ini http://mbahpur.wordpress.com/2010/07/15/konsep-hidup-bahagia/
Wallahu alam.
Nafkah lahir tentu sudah kita pahami semua yaitu nafkah untuk memenuhi kebutuhan lahiriah, seperti pangan, pakaian dan papan. Kebutuhan dasar tersebut sering disebut juga dengan kebutuhan primer. Di samping itu masih ada kebutuhan sekunder yang sifatnya sebagai pelengkap setelah terpenuhinya kebutuhan primer.
Kemudian kata "nafkah bathin" sering kita dengar manakala ada tuntutan dari salah satu pasangan suami istri yang hendak bercerai. Alasan yang sering diungkapkan dari salah satu pihak adalah tidak terpenuhinya "kebutuhan nafkah bathin". Tentu kita sudah sangat paham dengan pengertian tidak terpenuhinya kebutuhan nafkah bathin yang selama ini umum digunakan dalam masyarakat kita. Imajinasi kita lalu tertuju kepada pengertian tidak terpenuhinya "kebutuhan biologis" dari salah satu pihak pasangan suami istri tersebut.
Nah saya jadi bingung, di salah satu pengertian disebutkan "nafkah bathin" tetapi di lain pihak dikatakan "kebutuhan biologis". Lalu mana yang benar? Padahal yang dimaksudkan adalah adanya kesamaan arti antara pengertian nafkah bathin dan kebutuhan biologis. Dari rancunya pengertian ini, saya cenderung mengatakan dua pengertian itu, yaitu nafkah bathin tentu TIDAK SAMA dengan kebutuhan biologis. Silakan direnungkan.
Nafkah bathin sering terabaikan oleh kita karena kesibukan kita memenuhi nafkah lahir. Suatu misal berapa waktu yang terluang bagi diri kita dan keluarga kita untuk memenuhi kebutuhan nafkah bathin ini? Datang waktunya sholat, tidak bersegera menunaikannya. Padahal kita tahu sholat adalah salah satu kebutuhan bathin kita. Sholat kita tunda karena kesibukan mengejar kebutuhan lahir. Bersilaturahmi, mendengarkan taklim atau ceramah agama, membaca Al Qur'an adalah contoh-contoh kebutuhan bathin yang sering kita abaikan.
Jelaslah sudah sekarang bahwa ternyata pengertian nafkah bathin yang selama ini kita kenal cuma pengertian yang sangat dangkal dan mengacu pada pemenuhan kebutuhan sesaat dan sering diwarnai nafsu duniawi. Jadi pada intinya kebutuhan lahir hanya bisa mendatangkan rasa senang, sedangkan kebutuhan bathin bisa mendatangkan rasa bahagia. Mengenai hal ini silakan baca tulisan saya di link berikut ini http://mbahpur.wordpress.com/2010/07/15/konsep-hidup-bahagia/
Wallahu alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar