Hari ini tepat tanggal 27 Rajab. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pada tanggal 27 Rajab ini ada sejarah peristiwa penting yang dialami oleh Rasulullah SAW. Yaitu diberangkatkannya Rasulullah SAW oleh Allah SWT ke Sidratul Muntaha, yang lazim kita kenal dengan nama Isra Mi'raj.
Sebagaimana kebiasaan kita setiap datang bulan Rajab mulai tanggal 1 sampai dengan tanggal 27 Rajab, gegap gempita kita memperingati Isra Mi'raj. Secara lahiriah memang meriah dan terlihat nyata syiar Islam kita. Namun yang lebih penting adalah hendaknya kita bisa memaknai peringatan Isra Mi'raj ini dengan semakin tawadu' dan lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Meningkatkan kualitas Shalat kita, meningkatkan iman dan kepekaan sosial kita.
Ya, pada perististiwa Isra Mi'raj yang dijalani oleh Rasulullah SAW itu intinya beliau menerima perintah Shalat wajib 5 waktu langsung dari Allah SWT untuk diajarkan kepada umatnya. Dengan Shalat yang terjaga maka Allah SWT menjamin kita akan terhindar dari perbutan keji dan mungkar. Tentu saja perilaku seorang muslim yang istiqomah dalam Shalat inilah yang akan mampu mewarnai ketentraman dalam kehidupan sosial bermasyarakat kita. Masyarakat yang terjauh dari berbuat keji dan mungkar. Karena selalu Mi'raj kepada Allah SWT minimal 5 kali dalam sehari semalam.
Jadi intinya, hikmah Isra Mi'raj ini hendaknya tertanam nilai-nilai spiritual pada pribadi kita untuk lebih tawadu' dan terwujudnya nilai-nilai spiritual dalam Shalat di dalam kehidupan kita sehari-hari. Baik dalam kehidupan pribadi, keluarga dan bermasyarakat. Semoga.
Sebagaimana kebiasaan kita setiap datang bulan Rajab mulai tanggal 1 sampai dengan tanggal 27 Rajab, gegap gempita kita memperingati Isra Mi'raj. Secara lahiriah memang meriah dan terlihat nyata syiar Islam kita. Namun yang lebih penting adalah hendaknya kita bisa memaknai peringatan Isra Mi'raj ini dengan semakin tawadu' dan lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Meningkatkan kualitas Shalat kita, meningkatkan iman dan kepekaan sosial kita.
Ya, pada perististiwa Isra Mi'raj yang dijalani oleh Rasulullah SAW itu intinya beliau menerima perintah Shalat wajib 5 waktu langsung dari Allah SWT untuk diajarkan kepada umatnya. Dengan Shalat yang terjaga maka Allah SWT menjamin kita akan terhindar dari perbutan keji dan mungkar. Tentu saja perilaku seorang muslim yang istiqomah dalam Shalat inilah yang akan mampu mewarnai ketentraman dalam kehidupan sosial bermasyarakat kita. Masyarakat yang terjauh dari berbuat keji dan mungkar. Karena selalu Mi'raj kepada Allah SWT minimal 5 kali dalam sehari semalam.
Jadi intinya, hikmah Isra Mi'raj ini hendaknya tertanam nilai-nilai spiritual pada pribadi kita untuk lebih tawadu' dan terwujudnya nilai-nilai spiritual dalam Shalat di dalam kehidupan kita sehari-hari. Baik dalam kehidupan pribadi, keluarga dan bermasyarakat. Semoga.
Coba teliti ayat-ayat Allah di bawah ini.
BalasHapusKeyakinan takhayul di kalangan kafir Quraisy, mengakibatkan tertutupnya akal sehat.
I.Dalam QS25:7, atau QS25:21, disebutkan bahwa seyogiayanya Allah menurunkan malaikat untuk menemani nabinya, atau Allah menampakkan diri sehingga orang kafir melihatnya. Dan kesemuanya dinyatakan sebagai hal yg tidak mugkin.
II. Pada QS6:35, Rasulullah kesal lantaran orang Quraisy mensyaratkan, bahwa merek akan beriman andaikan Rasulullah mampu menembus bumi atau naik ke angkasa, Allah menjawab bahwa kalau Muhammad mampu berbuat seperti itu, naiklah ke langit atau tembuslah bumi. Dan permintaan inipun ditolak.
III. Keimanan seseorang tidaklah ditentukan dengan menyaksikan sesuatu yng tidak layak, dlm QS6:111, disebutkan bahwa kalaupun Allah harus menurunkan malaikat, dan orang yg telah mati dapat berbicara dg mereka, atau digiring ke hadapan apa saja yg mereka inginkan, itupun tidak akan menjadikan mereka beriman.
(Ayat-ayat ini turun sebelum ayat Isra-miraj( QS17:1).
IV. Sedangkan dlm QS17:90-93, menjelaskan kembali 7 macam permintaan kafir Quraisy, dan pada akhir ayat 93, Allah berfirman: Jawablah (hai Muhammad):" Aku ini hanyalahmanusia biasa yg menjadi Rasul." Artinya kalau Muhammad adalah manusia biasa sebagaimana mereka, maka bila mereka tidak dapat terbang, pasti Muhamad SAW pun tidak mungkin bisa terbang (kata lain dari naik ke langit, atau isra tau mi'raj itu). Bila mereka terbiasa pergi ke pasar, seperti itu juga beliau. Itulah kelayakan, semua orang menerimanya alias masuk akal. Firman Allah yg turun setelah ayat Isra-mi’ra j (QS17:1) dlm QS7:188,:
Artinya: Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan sekiranya Aku mengetahui yang ghaib, tentulah Aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan Aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".
Jelaslah sudah Allah tidak memfitrahkan Muhammad memiliki kehebatan atau santoisme. Semua permintaan itu ditolak, karena tidak lagi sesuai dg kelayakan. Dengan kata lain permintaan mereka itu tidak masuk akal. Untuk zaman sekarang, membuat mata air, membikin irigasi di daerah pertanian,kebun anggur dan kurma, atau terbang-mengangkasa ke langit adalah hal yg biasa dan masuk akal, karena didukung oleh temuan-temuan teknologi. Lalu, adakah ayat lain yang telah menyatakan bahwa Muhammad SAW bisa terbang atau diterbangkan? Tidak mungkin, sangat tidak mungkin, karena Allah telah menyatakan dlm QS4:82, artinya:"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran? Seandainya saja Alquran itu bukan dari Allah, tentulah di dalamnya terdapat banyak pertentangan". Kalau salah satu ayat telah menyatakan bahwa Rasulullah tidak mungkin bisa naik kelangit, kemudian ada ayat lain yang menyatakan bahwa Rsulullah dapat terbang, itulah yg namanya pertentangan. Silahkan berfikir mungkinkah Rasulullah naik atau dinaikkan hingga ke langit ketujuh, seb agaimana kisah Isra Mi'raj yg diriwayatkan dalam shahih Bukhari atau sahih Muslim dari jalur Anas bin Malik?? Ternyata kisah Isra dan Mi'raj perlu dianalisis ulang melalui jalur Alquran, kalau memang ayat-ayat Allah itu masih diakui sebagai sumber hukum yg mutlak.
Tegasnya tawadhu ataupun pembersihan jiwa (Tzkiyyah An Nafs)tidak harus lewat kisah isra dan atau mi'raj, karena kebenaran kisah itu bersifat dhanni tidak qath'i.