Sebuah budaya terbentuk dari kebiasaan yang berjalan terus menerus dan dilaksanakan oleh sebuah masyarakat. Demikian halnya kebiasaan yang ingin serba cepat dalam menyelesaikan segala sesuatu, akhirnya akan membentuk sebuah budaya serba cepat. Budaya serba cepat ini saya namai budaya serba instan.
Betapa banyak kita saksikan di masyarakat saat ini, segala sesuatunya maunya serba instan. Mulai dari jenis makanan, pelayanan, sampai hampir seluruh aspek kehidupan kita dilingkupi oleh budaya serba instan. Suatu misal buah yang belum saatnya matang bisa dipercepat agar lekas matang, masakan sudah bisa tersaji dalam waktu yang relatif sangat cepat dan sebagainya. Bagus memang budaya serba instan (cepat) tersebut. Namun demikian dampak negatifnya tentu saja juga ada.
Beberapa dampak negatif budaya serba instan apabila sudah menjadi darah daging alias sudah menjadi sesuatu yang diyakini baik, antara lain:
1. Orang menjadi malas mengikuti proses yang semestinya.
Proses yang panjang dan berjenjang dianggap sesuatu yang menyebalkan dan lambat. Orang akan lebih terfokus pada hasil akhir, tidak mau mengikuti proses yang mesti dilalui.
Orang tidak lagi mau mengantri untuk suatu urusan. Mulai dari mengurus bikin KTP, beli tiket, bayar pajak dan sebagainya. Tidak usah antri, cukup bayar sejumlah uang kepada oknum yang ngurus "hasilnya beres".
2. Orang bisa saja menghalalkan cara demi suatu tujuan.
Tidak peduli bagaimana cara yang mesti ditempuh, yang penting "tujuan" tercapai. Ingin kaya dengan penghasilan pas-pasan, lalu putar otak bagaimana caranya agar lekas kaya. Sekalipun harus korupsi, mencuri, menipu dan sebagainya. Norma-norma agama bisa ditinggalkannya, karena demi satu tujuan "kaya".
Nah kiranya 2 dampak negatif itu saja, kalau kita renungkan lebih dalam mungkin masih bisa berkembang lagi.
Betapa banyak kita saksikan di masyarakat saat ini, segala sesuatunya maunya serba instan. Mulai dari jenis makanan, pelayanan, sampai hampir seluruh aspek kehidupan kita dilingkupi oleh budaya serba instan. Suatu misal buah yang belum saatnya matang bisa dipercepat agar lekas matang, masakan sudah bisa tersaji dalam waktu yang relatif sangat cepat dan sebagainya. Bagus memang budaya serba instan (cepat) tersebut. Namun demikian dampak negatifnya tentu saja juga ada.
Beberapa dampak negatif budaya serba instan apabila sudah menjadi darah daging alias sudah menjadi sesuatu yang diyakini baik, antara lain:
1. Orang menjadi malas mengikuti proses yang semestinya.
Proses yang panjang dan berjenjang dianggap sesuatu yang menyebalkan dan lambat. Orang akan lebih terfokus pada hasil akhir, tidak mau mengikuti proses yang mesti dilalui.
Orang tidak lagi mau mengantri untuk suatu urusan. Mulai dari mengurus bikin KTP, beli tiket, bayar pajak dan sebagainya. Tidak usah antri, cukup bayar sejumlah uang kepada oknum yang ngurus "hasilnya beres".
2. Orang bisa saja menghalalkan cara demi suatu tujuan.
Tidak peduli bagaimana cara yang mesti ditempuh, yang penting "tujuan" tercapai. Ingin kaya dengan penghasilan pas-pasan, lalu putar otak bagaimana caranya agar lekas kaya. Sekalipun harus korupsi, mencuri, menipu dan sebagainya. Norma-norma agama bisa ditinggalkannya, karena demi satu tujuan "kaya".
Nah kiranya 2 dampak negatif itu saja, kalau kita renungkan lebih dalam mungkin masih bisa berkembang lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar